cerita lucu banget

PERAMPOK Pintu bilik dibuka dengan kuat dan mengejutkan sepasang suami isteri yang sedang tidur nyenyak. Seorang lelaki dengan wajah garang mengacukan senjata tajam ke arah si isteri. Perampok : "Sebelum kamu mati kubunuh, sebutkan namamu!" Isteri : "Na... nama sa... saya... Aisyah" Perampok : "Aisyah? nampaknya sama dengan nama ibuku. Aku tidak boleh membunuhmu," Lalu dia mendekati si suami dan sambil mengacukan senjatanya ia berkata, Perampok : "Sebutkan namamu. Aku mesti tahu nama setiap orang yang menjadi korbanku." Suami : "Namaku Irwan.. t.t.tapi....se..se..semua orang memanggilku Aisyah...." 

 SUSAH DIET Seorang pria yang sangat gemuk pergi ke seorang dokter untuk konsultasi program diet. DOKTER: anda harus sungguh-sungguh disiplin di dalam menjaga makanan anda, PRIA: baik dok DOKTER: sekarang anda hanya boleh makan tiga lembar daun selada, sepotong roti panggang, segelas sari jeruk dan sebuah tomat, PRIA: semua itu harus saya habiskan sebelum atau sesudah makan, dok?  

OBAT MUJARAB Seorang penjual menawarkan obat. kemudian datang seorang ibu yang sepertinya ingin membeli obat. Penjual : "Ayo bu, ini obat manjur buat penyakit apapun, penyakit apa saja. Ibu tak akan rugi kalo beli obat ini, sudah murah, mujarab lagi."(dengan logat Batak). Ibu : "Kalo sakit pilek gimana Bang?" Penjual : "Ya tentu saja pileknya hilang." Ibu : "Sakit demam?" Penjual : "Demamnya hilang lah." Ibu : "Sakit kepala?" Penjual (kesal) : "Kepalanya hilang." Ibu : ???????????  

PENGEMIS Pengemis 1: "Tuan, Nyonya...berilah kami uang..... 500 boleh 100 juga boleh 100 ribu juga nggak nolak". Pengemis 2: "Berilah kami uang tuan, tuan akan kami do'akan semoga cepat kaya !". Pengemis 1: "seharian kita mengemis, kok ya ga bisa buat beli mobil ya ? eh...ngomongin soal orang kaya, gue ini sebenarnya keturunan orang kaya Lho-harta peninggalan keluarga kami nggak akan habis dimakan tujuh keturunan !". Pengemis 2: "Lha trus kenapa elo jadi kere dan ngemis kaya gini?". Pengemis 1: "Gue keturunan kedelapan!"  

Rampok Perampok: "Berikan semua uangmu!" Anggota DPR: "Tidak! Anda tahu saya ini anggota DPR-RI!" Perampok: "Kalau begitu, berikan semua uang ku sekarang!!!"  

Tiga Narapidana Di LP Nusakambangan tiga orang napi sedang ngobrol tentang mengapa mereka bertiga bisa masuk penjara. Napi pertama: "Aku masuk penjara karena pada tahun 1990 aku menjelek-jelekkan Pak Harto" Napi kedua: "Kalau aku pada tahun 2004 memuji-muji Pak Harto hingga akhirnya aku masuk penjara ini" "Kalau engkau?" serunya pada napi ketiga. "Akulah Tommy Soeharto," kata napi ketiga.  

Kematian Politikus Sebuah bis penuh dengan para politikus, keluar dari jalan dan menabrak sebuah pohon besar di ladang petani tua. Setelah menyelidiki apa yang terjadi, petani tua itu menggali sebuah lubang dan mengubur mayat para politikus itu. Keesokan harinya Kapolda datang dan bertanya kepada petani tua itu, "Apakah mereka semua mati?" Petani tua menjawab, "Begini. Masalahnya adalah beberapa dari mereka berkata bahwa mereka belum mati."  

Dokumen LEMHANAS Dokumen Lemhanas yang memuat berbagai transkrip diskusi dibalik pemulihan hubungan diplomatik antara RI dan RRC di awal 1990-an telah beredar luas. Ternyata pernah terjadi suatu perdebatan sengit antara seorang jenderal bintang tiga dan seorang professor bidang politik internasional. Pakar: Jenderal, Cina akan menjadi raksasa ekonomi dalam 20 tahun ke depan. Ini semua terjadi karena bangsa itu tidak membedakan golongan-golongan dalam masyarakat mereka. Siapa saja harus bekerja membangun bangsa! Jenderal: Betul, tetapi Anda menyederhanakan persoalan, Profesor. Memang di Indonesia kita mengenal dua golongan: Pri dan Non-pri. Tetapi, di Cina kan semuanya golongan Non-pri!  

Uji Kecerdasan Disela-sela kunjungan resmi, Lee Kuan Yew mengajak Try Sutrisno bergurau. "Saya punya teka-teki untuk menguji kecerdasan", kata Lee. "Mari kita lihat Pak Try. Saya akan menguji si Goh Chok Tong." Dan tokoh Singapura itu pun memanggil Goh Chok Tong. Lee mengajukan satu pertanyaan yang harus dijawab Goh dengan cepat dan tepat. "Hai, Chok Tong, misalkan orangtuamu punya anak tiga orang. Siapakah gerangan anak yang bukan kakakmu dan bukan pula adikmu?" Goh menjawab tangkas, "Ya itu saya sendiri." Lee bertepuk tangan, "Itulah sebabnya dia kupilih!" Try Sutrisno sangat terkesan. Dia pulang ke Jakarta dan segera mau menguji Harmoko. "Pak Harmoko,’’ kata Try, "Saya ingin menguji sampeyan. Ada satu pertanyaan yang harus sampeyan jawab." "Misalkan orang tua sampeyan punya anak tiga orang. Siapakah gerangan anak yang bukan kakak sampeyan dan bukan pula adik sampeyan?" Ternyata Harmoko tidak segera bisa menjawab. Tapi dia punya akal dan minta permisi sebentar ke luar ruangan, di mana menunggu Subrata. "Coba, Mas Brata," katanya kepada bawahannya ini, "Misalkan orang tua situ punya anak tiga. Siapa gerangan anak yang bukan kakaknya situ dan bukan pula adiknya situ?" Subrata berpikir lima menit, lalu menjawab: "Itu saya, Pak." Harmoko senang, dan masuk kembali ke ruangan Try Sutrisno. "Jadi tadi petunjuknya ...eh, pertanyaannya bagaimana, Pak Try?" Try dengan sabar mengulangi pertanyaannya. Dan Harmoko kali ini menjawab tangkas: "Ya, Subrata, Pak!". Try ketawa geli. "Pak Harmoko ini gimana! Jawabnya yang benar, ya, Goh Chok Tong, dong!"  

Fatwa MUI Ada sisi humor dari fatwa MUI terbaru. Fatwa yang dikeluarkan tepat pada hari kemerdekaan 17 Agustus 2006 pada intinya secara tegas mengharamkan seseorang laki-laki Muslim menikahi gadis sekantor. Fatwa MUI ini telah menimbulkan perdebatan sengit di antara yang pro dan kontra. Bahkan banyak pihak menyatakan bahwa MUI telah gegabah mengambil keputusan tersebut. Untuk mencari tahu alasan MUI mengeluarkan fatwa tersebut, maka media massa mewawancarai Ketua Umum MUI, Prof Dr Din Syamsudin. Wartawan: Pak Syamsudin, bagaimana MUI bias mengeluarkan fatwa haram untuk menikahi gadis sekantor? Din Syamsudin: Emang haram! Menikahi satu orang gadis aja berat, apalagi satu kantor. Kan itu banyak jumlahnya!  

Kejujuran "Kalau Anda mau bekerja di sini" kata Kepala Personalia, "Pertama Anda harus selalu menjaga kebersihan di lingkungan kantor ini. Apakah tadi Anda membersihkan sepatu di keset sebelum memasuki kantor ini?" "Oh, sudah tentu, Pak." "Dan satu lagi yang paling penting dan menentukan diterima atau tidaknya seorang karyawan... adalah kami sangat menghargai kejujuran. Di pintu depan kantor ini, harap Anda ketahui anak muda, tidak pernah ada keset kaki"

 #Bappindo vs Tanzil Tanzil seorang pengusaha datang ke Bank Bappindo. Kepada Manajer Kredit ia mengatakan akan ke Cina dan butuh dana Rp 20 juta. Pinjaman itu untuk setahun saja. Seperti biasanya prinsip prudent banking Bappindo menuntut masalah jaminan diselesaikan. Tanzil segera menyerahkan kunci mobil Ferrarinya yang terparkir di luar. Semuanya beres sesuai prosedur. Mobil diparkir di basement Bappindo dan Tanzil keluar membawa uang Rp 20 juta. Setelah Tanzil pergi, Manajer Kredit beserta staffnya tertawa terbahak-bahak karena telah meminjamkan dana Rp 20 juta dengan jaminan Ferrari Rp 2 milliar. 2 minggu kemudian Tanzil kembali dan meminta penyelesaian kreditnya. Pokok pinjaman Rp 20 juta dikembalikan, selain itu— karena tidak jadi pinjam setahun tetapi hanya 2 minggu— maka yang harus dibayar Tanzil hanyalah bunga kurang dari sebulan plus dendanya. Total sebesar Rp 175 ribu saja. Semua diselesaikan dengan baik. “Pak Tanzil, kami senang dengan transaksi ini, semuanya berjalan baik. Tapi kami sedikit heran. Kami tahu bapak seorang taipan sebetulnya,” tanya Manajer Kredit Bappindo, “Dan uang Rp 20 juta sebetulnya nothing for you.” Tanzil justru bingung dengan pertanyaan itu. ”Ongkos parkir di Jakarta ini kan Rp 2 ribu sejam, atau Rp 48 ribu sehari, sama dengan Rp 672 ribu untuk 14 hari. Masalah keamanannya juga nggak jamin punya.” “Kalau parkir di Bappindo kan total yang musti owe bayar cuman Rp 175 ribu buat 14 hari. Ferrari owe aman lagi.” #Analogi Salib Seorang Ketua Wilayah Partai Demokrat berkunjung ke rumah salah seorang pendukung fanatik partai itu, yang kebetulan beragama Kristen. Di dinding rumah itu digantung foto Presiden dan Wapres. Anehnya, di tengah-tengah kedua foto tadi, yang dipasang bukannya lambang Garuda Pancasila tetapi salib Yesus. Sesuai kode etik foto Presiden di sebelah kanan dan Wapres di sebelah kiri. “Wah, apakah Anda tidak berlebihan mensejajarkan Nabi Isa dengan kedua pemimpin kita!” demikian Ketua Wilayah mencoba berdiplomasi menutupi keheranannya. Pemilik rumah menjawab, “Dalam kisah di Golgota 2000 tahun lalu itu, Yesus disalibkan bersama dua orang penjahat di sebelah kanan dan kirinya.” “Penjahat yang disalib di sebelah kanan kemudian memohon pertobatan kepada Yesus dan selamat masuk surga,” lanjutnya. “Sedangkan penjahat yang di sebelah kiri terus saja melakukan pelecehan, dan saya rasa ia kini berada di neraka!”  

#Melempar Jumrah Mengingat seringnya terjadi insiden pada saat melempar jumrah di Tanah Suci, maka Majelis Ulama Indonesia saat ini tengah mempertimbangkan sebuah fatwa agar para jemaah haji Indonesia diperbolehkan melempar jumrah di depan kantor Komisi Pemilihan Umum.

share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Posted by Unknown, Published at 22.17 and have 28 komentar